Sabtu, 31 Juli 2010


Entri BlogUntung Gede, Bisnis LeleAug 7, '07 2:23 AM
untuk
Usaha lele tidak pernah ada matinya. Permintaan lele, baik konsumsi maupun benih terus meningkat. Maklum saja, lele telah menjadi salah satu ikan konsumsi favorit masyarakat kita. Tengok saja warung tenda pecel lele, berjamur di setiap kota. Petani pun senang membudidayakan lele lantaran postur tubuhnya lebih cepat bongsor dan pasarnya menganga.
Kebutuhan lele konsumsi didalam negeri terus mengalami peningkatan sejalan dengan semakin populernya lele sebagai hidangan yang sangat lezat. Permintaan lele untuk konsumsi memang lumayan besar. Untuk pasar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) saja, setiap hari tak kurang membutuhkan pasokan 75 ton.  Sementara pasar Jateng dan Yogyakarta menyerap 20 ton sehari.
Demikian pula di Jatim. Seorang petani lele di Desa Kromasan, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa tak kurang dari 30 ton lele segar per hari  di produksi petani ikan di Kabupaten Tulungagung. Produksi itu dikirim ke berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tak heran jika Tulungagung menjadi salah satu sentra produksi lele terbesar di Jawa Timur.
Tidak ada spesifikasi khusus yang diminta oleh pedagang. Yang penting   lele dalam kondisi sehat dan segar.
Harga lele tahun ini lumayan stabil. Sampai dengan akhir Juli lalu, harga di tingkat petani rata-rata Rp8.500 per kg. Diperkirakan, sampai akhir tahun ini harga lele masih tetap tinggi akibat  adanya kesulitan di sektor  produksi sehingga  pasokan menurun.
Meskipun pasar terbuka lebar, ternyata bertani lele tidak mudah. Tingginya harga pakan dan berkembangnya berbagai jenis penyakit menjadi kendala petani. Dan, usaha tani lele  saat ini sangat bergantung pada sediaan bibit berkualitas, pakan, dan obat-obatan. Jika petani tidak menggunakan pakan jadi, alamat si lele tak bakal naik bobotnya. Jadi, bertani lele tidak bisa lagi dengan sistem sambilan seperti dulu, harus intensif dan dalam skala usaha yang memadai.(Dadang WI)
Sebelumnya: Masih Ada Peluang di Bisnis Kentang
Selanjutnya : Menunggu Bukti Pengembangan Bahan Bakar Naba

Selasa, 27 Juli 2010

Microsoft® Access

Oleh: Hermawih Hasan



Pendahuluan
Kesederhanaan - Program yang Membantu Bos
Konvergensi dan Divergensi
Perdebatan Tentang Microsoft Access
Kesimpulan
Lampiran: Database Specifications
Pendahuluan

Walaupun bisa menganggap diri pribadi sebagai “programmer”, penulis suka membaca buku-buku pemrograman dari sudut yang berbeda seperti misalnya:

* Great Software Debates oleh Alan M. Davis
* Professional Software Development oleh Steve McConnel
* Agile Software Development oleh Alistair Cockburn
* dan lain sebagainya.

Buku-buku itu sama sekali tidak membahas tehnik-tehnik pemrograman tetapi membahas topik-topik umum yang penting dalam teknologi informasi.

Profesor Alan M. Davis adalah seorang yang rendah hati yang berani mengakui kegagalannya secara publik dalam bukunya. Dia berargumentasi pentingnya seseorang menguasai hal-hal yang non tehnis dalam pengembangan sebuah aplikasi untuk mengurangi risiko kegagalan.
Kesederhanaan - Program yang Membantu Bos

Sebagai ilustrasi, bayangkan seorang pimpinan perusahaan yang tidak terlalu mengerti tentang teknologi informasi bertanya kepada pegawainya, berapa penjualan barang A. Pegawai itu membuka sebuah aplikasi Microsoft Access, membuka sebuah query lalu memasukkan kriteria dan keluarlah hasilnya. Bos itu tersenyum puas dan kemudian mencoba membuat sebuah form dengan memasukkan objek-objek yang diperlukan untuk melihat perbandingan penjualan antar kategori, dan keluarlah hasilnya seketika dalam bentuk grafik. “A picture worth a thousand words”. Kembali bos itu tersenyum puas karena bisa juga membuat sebuah program yang berguna dengan cepat.

Sekarang coba bayangkan yang digunakan bukan Microsoft Access tetapi Microsoft SQL Server atau bahasa pemograman dalam keluarga NET. Bos itu yang mungkin mempunyai gelar Phd dalam bidang “Public Administration” akan membentak petugas IT nya bila mengatakan sesuatu yang teknikal seperti OOP, OLTP, OLAP. Dan dapat dipastikan bos itu tidak akan pernah mau mempelajari sesuatu yang rumit yang memerlukan waktu panjang untuk mempelajarinya karena tuntutan tugasnya sendiri sebagai pimpinan perusahaan sudah cukup berat.

Penulis bisa membayangkan banyak sekali orang-orang seperti bos di atas yang menggunakan Microsoft Access dalam pekerjaannya. Keamanan adalah hal yang sering digembor-gemborkan akhir-akhir ini. Tetapi tanya kepada bos itu yang hanya menggunakan data dan program untuk internal perusahaan, apakah keamanan demikian penting. Bos itu pasti akan membentak dengan mengatakan, “Kesederhanaan adalah hal yang paling penting”. Tanpa kesederhanaan bos itu pasti tidak akan pernah memulai belajar menggunakan Microsoft Access. Kesederhanaan mendorong semangat belajar.
Konvergensi dan Divergensi

Salah satu buku menarik dari pakar pemasaran Al Ries adalah “The Origins Of Brands”. Mungkin terasa aneh dalam bukunya ia mengulas teori Darwin yang pernah kita kenal dalam pelajaran Biologi sewaktu SMA. Ia membuat hubungan perkembangan produk perusahaan dengan teori Darwin “The Origin of Species” . Dalam bukunya ia juga mengulas tentang konvergensi dan divergensi. Konvergensi yang dibahas dalam buku tersebut adalah tentang bercampurnya beberapa fungsi produk menjadi satu seperti halnya dalam telepon selular dengan adanya fungsi telepon, TV, musik, kamera, PDA. Al Ries berargumentasi bahwa fungsi produk utama seharusnya berdiri sendiri – divergensi. Banyak produk gagal karena mengikuti perkembangan konvergensi dan bila ada yang sukses itupun karena masalah kesederhanaan pemakaiannya.

Apa hubunganya dengan Microsoft Access? Bagi pengembang Microsoft Access yang telah berpengalaman tentu tahu dua peran dari Microsoft Access yaitu sebagai back-end dan front-end. Microsoft Access adalah satu-satunya RDBMS (Relational Database Management System) dari Microsoft yang mempunyai dua sifat, sehingga menurut Al Ries ini mengikuti alur konvergensi. Jadi menurut Al Ries seharusnya ini dipisah karena akan gagal. Tetapi ia juga memberikan alasan bahwa produk yang berhasil menggabungkan dua atau lebih fungsi produk adalah karena kesederhanaannya.

Mungkin ada benarnya, karena kesederhanaan Microsoft Access, mendorong banyak orang tanpa latar belakang IT untuk memanfaatkannya dalam pekerjaannya. Seperti kita ketahui mungkin karena dorongan-dorongan dari penggunanya, Microsoft Access dicoba juga untuk ditambah fungsinya untuk aplikasi internet. Sayangnya fitur yang ditambahkan itu, Data Access Pages, tidak berhasil karena tidak sederhana penggunaannya. Menurut Al Ries, konvergensi akan gagal. Apa yang terjadi dengan Microsoft Access versi 2007? Data Pages dihilangkan sama sekali di versi tersebut. Secara pribadi dan ini mungkin tidak sependapat dengan pengembang Access yang berpengalaman lainnya, penulis setuju dengan langkah yang diambil.

Saya perlu mengutip pendapat dari Dr. West dalam bukunya “Object Thinking” tentang bagaimana seharusnya kita memilih bahasa pemrograman. Dr. West di halaman 34 di bukunya, memberikan tiga alasan yang seharusnya menjadi pegangan dalam pemilihan alat pemrograman yaitu: Pragmatics, Performance and Philosophy.

Penulis ingin menekankan pada hal yang ketiga yaitu Philosophy: Mengapa atau untuk alasan apa suatu bahasa pemrograman dibuat?

Siapa yang tahu mengapa Microsoft Access dibuat? Secara tepat penulis tidak tahu tetapi kita dapat melihat dari namanya saja, Microsoft Access database dan dalam kategori mana Microsoft Access database dimasukkan- Microsoft Office. Jadi kalau anda ingin membuat program “3D Game” atau program yang mengontrol “hardware” maka memilih Microsoft Access adalah pilihan yang salah. Namun jika anda ingin membuat aplikasi database dan ingin memanfaatkan objek-objek Microsoft Office yang kaya maka Microsoft Access adalah pilihan yang tepat.

Sekarang pertanyaannya adalah Microsoft Access yang mana yang akan digunakan untuk aplikasi database, apakah Microsoft Access back-end atau Microsoft Access sebagai Front-end? Jika yang akan dibuat adalah aplikasi database sederhana dengan sedikit pengguna dan jumlah data yang tidak terlalu banyak maka kita dapat menggunakan Microsoft Access sebagai front-end dan back-end sekaligus - sebagai aplikasi file server. Tetapi jika kita ingin membuat aplikasi database dengan banyak pengguna dan jumlah data yang besar, dan database itu akan diletakkan dalam komputer server yang mempunyai konfigurasi mesin yang cepat maka Microsoft Access sebagai front-end dan Microsoft SQL Server dapat digunakan untuk maksud tersebut - sebagai aplikasi client server. Dan yang lebih penting lagi adalah target pengguna aplikasi anda. Bila target pengguna aplikasi adalah perusahaan atau institusi di mana orang-orangnya tidak terlalu menguasai IT maka database Microsoft Access sebagai back-end adalah pilihan yang lebih tepat.

Dengan tidak mempertimbangkan philosophy Microsoft Access dan dua sifat Microsoft Access maka perdebatan atau diskusi tentang Microsoft Access akan mengarah kepada diskusi yang kurang tepat.
Perdebatan tentang Microsoft Access

Setelah ulasan-ulasan singkat pada bagian sebelumnya untuk memberikan sedikit latar belakang teori, maka sudah saatnya kita mengulas pendapat tentang Microsoft Access yang ada dalam banyak forum termasuk di dalam forum atau blog MSDN.

* Microsoft Access tidak banyak digunakan.
* Microsoft Access adalah mainan/“toy”.
* Microsoft Access tidak berkembang.
* Microsoft Access tidak bisa membuat komponen komponen.
* Aplikasi Microsoft Access adalah aplikasi yang hanya cocok untuk prototipe.

Sebelum kita masuk pada ulasan-ulasan ini ada baiknya kita harus mengingat dua hal yang penting di atas yaitu: Philosophy dan dua sifat Microsoft Access.
Apakah Benar Microsoft Access Tidak Banyak Digunakan?

Yang mengatakan ini pasti tidak pernah melihat diskusi di situs-situs internet seperti MSDN, Google dan lain sebagainya. Kenyataannya adalah Microsoft Access database adalah RDBMS yang paling populer di muka bumi yang pemakainya berjuta-juta orang. Tepatnya berapa tidak ada yang bisa tahu karena banyak sekali mereka-mereka seperti bos di atas, siswa-siswi, mahasiswa-mahasiswi, profesor di universitas yang hanya menggunakan Microsoft Access untuk kepentingan tugas atau pribadi yang tidak mungkin terdeteksi satu persatu.
Microsoft Access adalah Mainan/“Toy”

Tanya seorang anak kecil, apakah yang paling disukainya. Anak-anak akan mengatakan bahwa mereka suka mainan. Demikian pula orang dewasa suka sekali pada hal yang menyenangkan. Apa salahnya dengan hal-hal yang menyenangkan dalam pekerjaan? Microsoft Access adalah alat yang menyenangkan karena mudahnya pembelajar awal untuk membuat sesuatu yang berguna. Sukses kecil dari awal akan memberikan motivasi yang luar biasa untuk belajar.

Kritik ini dapat dipastikan dari orang-orang yang menyukai hal-hal teoritis dan tidak mengerti alasan dibuatnya Microsoft Access. Orang-orang teoritis ini suka sekali pada hal-hal yang ruwet dan tidak mempertimbangkan kecepatan dalam pengembangan. Kebalikannya, pimpinan perusahaan seperti di atas sangat menghargai kecepatan dan waktu dan tidak peduli bila Microsoft Access “heavily sub classing”- istilah itu adalah untuk menyatakan pembuatan class dari class sampai beberapa kali. Kemungkinan besar bos itu sama sekali tidak mengerti istilah yang dimaksud.

Ada pendapat menarik dari Dan Appleman dalam bukunya “Moving to VB NET” halaman 61 yang yang mengkritik programmer yang terlalu teoritis. Harap diingat yang dimaksud VB dalam komentarnya adalah VB 6 atau sebelumnya.

“Saya pikir pengembang VB merasa terintimidasi oleh pengembang C++, yang mempunyai kecenderungan untuk menaikkan hidungnya dan berkata, VB bukan bahasa berorientasi objek yang benar. Bahasa berorientasi objek mempunyai sifat ‘Inheritance’ – yang mana pengembang dalam bahasa VB dapat menyelesaikan kode yang sama banyak dalam satu jam sedangkan pengembang C++ menyelesaikannya dalam satu minggu. Tetapi itu tidak masalah karena C++ adalah bahasa yang modern, elegan, profesional, OOP dan VB hanya mainan bagi pengembang pemula, yang dirancang bagi mereka yang tidak bisa mengatasi C++”

Penulis setuju dengan kritikan Dan Appleman.
Microsoft Access Tidak Berkembang

Ini keluhan dari pengembang profesional Microsoft Access yang ditemukan di blog MSDN. Namun sayangnya karena tidak memberikan keterangan Microsoft Access yang mana maka keluhan ini bisa mengarah pada hal yang tidak tepat. Bila yang dimaksud adalah Microsoft Access sebagai back-end maka hal ini ada benarnya. Lihat bagian lampiran Database Specifications yang penulis ambil dari dokumentasi Help Microsoft Access 2007 yang memang tidak banyak perubahan. Pertanyaannya adalah untuk apa dan mengapa?

Banyak keluhan bersumber karena lemahnya mereka pada teori desain database sehingga mereka memerlukan banyak sekali tabel untuk aplikasinya yang semestinya bisa berkurang lebih dari 50 persen dari yang seharusnya.

Bila melihat Access sebagai front-end maka keluhan itu bisa jadi salah besar dengan terus ditambahkannya fitur-fitur yang bermanfaat seperti koneksi Microsoft Access Project untuk koneksi ke SQL Server, koneksi ke SharePoint dan tampilan terbarunya dengan UI Ribbon. Secara pribadi penulis sependapat dengan perkembangan yang terjadi dengan Microsoft Access.

Jika karena suatu hal Microsoft Access harus dipisahkan dan menghilangkan salah satu dari dua sifat Microsoft Access (lihat teori divergensi), mana yang anda pilih, menghilangkan Access sebagai back-end atau menghilangkan Access sebagai front-end. Penulis lebih memilih menghilangkan Access back end. Perhatikan perkembangan yang terjadi dengan Microsoft SQL Server Express yang databasenya dapat dianggap sebagai file server. Penulis mengharapkan SQL server Express ini dapat terus dikembangkan dan disederhanakan.
Microsoft Access Tidak Bisa Membuat Komponen-Komponen

Jika yang dimaksud dengan membuat dll (Dynamic Linking Library) maka ada benarnya pendapat tersebut tetapi kita bisa membuat sub sistem-sub sistem dari aplikasi dengan memecahnya menurut fungsi-fungsinya. Dan bila diperlukan untuk membuat dll maka kita bisa membuatnya dengan aplikasi VB6 atau sebelumnya. Ini mungkin akan mengejutkan bila saya katakan bahwa Microsoft Access juga bisa menggunakan dll yang dibuat oleh teknologi NET. Alasan utama mengapa penulis tidak pernah membuat dll dengan teknologi NET adalah karena keharusan mempunyai NET Framework bila pengguna menggunakan aplikasi Microsoft Access yang kami buat. Ini juga mungkin akan mengejutkan anda, bila kami katakan bahwa Microsoft Access juga bisa dikembangkan dengan metodologi OOP dan dirancang dengan teknologi “Three or More tier”.
Aplikasi Microsoft Access adalah Aplikasi yang Hanya Cocok untuk Prototipe

Saya pernah membaca buku yang mengatakan bahwa Microsoft Access hanya cocok untuk membuat prototipe aplikasi. Kalau penulis itu merubah kalimatnya dengan “Microsoft Access cocok untuk membuat prototipe” maka penulis setuju tetapi Microsoft Access tidak hanya cocok untuk membuat prototipe, Microsoft Access adalah alat pengembangan database yang handal yang dapat digunakan untuk membuat aplikasi database desktop ataupun untuk membuat aplikasi client server dengan Microsoft SQL server sebagai back-end nya. Jadi aplikasi Microsoft Access anda jangan dibuang tetapi perlu terus dipelihara dan dikembangkan sesuai dengan spesialisasi perusahaan di mana anda bekerja.
Kesimpulan

Microsoft Access adalah alat favorit penulis namun bukan alat pengembangan yang ideal. Mengapa demikian? Ada hal yang membuat iri penulis kepada pengembang NET karena tersedianya koleksi “Class” yang luar biasa besar pada teknologi NET. Kami cukup dibuat repot dengan keterbatasan pada Microsoft Access karena terbatasnya “library” yang ada, misalnya saja untuk fungsi clipboard untuk gambar yang mengharuskan kami menggunakan API yang cukup rumit dan kode yang panjang, dibandingkan dengan satu baris kode bila menggunakan satu Class pada NET.

Mengapa tidak menggunakan VB NET? Ada satu alasan yang masuk akal mengapa tidak menggunakan VB NET untuk aplikasi database kami. Microsoft Access adalah keluarga Microsoft Office dan kami ingin menggunakan objek-objek di dalam Microsoft Office dengan mudah dan cepat. Walaupun VB NET dapat melakukan itu tetapi Microsoft Access dapat dipastikan jauh lebih mudah dan cepat. Untuk saat sekarang Microsoft Access adalah alat favorit kami untuk pembuatan aplikasi database di desktop. Dan bila anda ingin tahu, ASP NET dengan bahasa VB NET adalah alat favorit kami untuk membuat aplikasi database di internet atau intranet.

Mudah-mudahan tulisan kecil ini sedikit memberikan sumbangan pikiran dan sedikit pencerahan. Pendapat ini adalah pendapat pribadi yang mungkin saja bisa salah dan tidak sesuai dengan pendapat pembaca.
Lampiran: Database Specifications
GENERAL Maximum
Attribute
Access database (.accdb) file size 2 gigabytes, minus the space needed for system objects
Number of objects in a database 32,768
Number of modules (including forMicrosoft and reports that have the HasModule property set to True) 1,000
Number of characters in an object name 64
Number of characters in a password 20
Number of characters in a user name or group name 20
Number of concurrent users 255
TABLE
Attribute
Number of characters in a table name 64
Number of characters in a field name 64
Number of fields in a table 255
Number of open tables 2048; the actual number might be smaller because of tables opened internally by Access
Table size 2 gigabyte minus the space needed for the system objects
Number of characters in a Text field 255
Number of characters in a Memo field 65,535 when entering data through the user interface;
2 gigabytes of character storage when entering data programmatically
Size of an OLE Object field 1 gigabyte
Number of indexes in a table 32
Number of fields in an index 10
Number of characters in a validation message 255
Number of characters in a validation rule 2,048
Number of characters in a table or field description 255
Number of characters in a record (excluding Memo and OLE Object fields) when the UnicodeCompression property of the fields is set to Yes 4,000
Number of characters in a field property setting

artikel ms.excel

artikel excel


Microsoft Excel adalah program populer di dunia. Program ini merupakan salah satu aplikasi yang ada dalam Microsoft Office. Di dalam Excel tersedia banyak fasilitas yang dapat digunakan untuk memaksimalkan pembuatan laporan dalam bentuk tabel. Salah satu fasilitas yang disediakan adalah Fungsi. Banyk fungsi dikelompokkan ke dalam beberapa kategori untuk melakukan proses penghitungan atau kalkulasi data.

Buku ini ditulis bagi para pemakai program Microsoft Excel agar bisa memaksimalkan fungsi-fungsi tersebut. Beberapa fungsi baru dapat Anda temukan pada versi Microsoft Excel 2007.

Bahasan rumus dan fungsi dalam buku ini meliputi:

Penulisan Rumus dan Pengolahan Data
Rumus dan Fungsi Logika
Rumus dan fungsi Pengolahan Data Teks
Rumus dan Fungsi Matematika dan Trigonometri
Rumus dan Fungsi Statistik
Rumus dan Fungsi Tabel dan Referensi
Rumus dan Fungsi Tanggal dan Waktu
Rumus dan Fungsi Keuangan
Rumus dan Fungsi Informasi
Rumus dan Fungsi Engineering
Rumus dan Fungsi Database
Rumus dan Fungsi Cube
Rumus dan Fungsi GETPIVOTDATA
Contoh Aplikasi Soal dan Pembahasan

informasi budidaya ikan

PELUANG USAHA
Beternak Ikan Lele



BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias sp)



BUDIDAYA LELE SANGKURIANG
(Clarias sp.)

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.

Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.

Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).

Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele Sangkuriang.

Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.

Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama Lele Sangkuriang. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).

Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.

Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.

Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:

Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.

Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.

Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.

Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.

Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:

a. Persiapan kolam tanah (tradisional)



Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).



Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).




Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.

Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
c. Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
d. Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
e. Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.

Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.


Proses Produksi pada kegiatan pembesaran disajikan Tabel 1.

Tabel 1
Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok.

Kriteria Satuan Pembesaran
Ukuran Tanaman
- Umur hari 40
- panjang cm 4 - 8
- bobot gram 4- 6
Ukuran Panen
- Umur hari 130
- panjang cm 15 - 20
- bobot gram 125 - 200
Sintasan % 80-90
Padat Tebar Ekor/m2 50-75
Pakan
- Tingkat Pemberian % bobot 3
- Frekuensi Pemberian kali/hari 3
Tingkat Konversi Pakan 0,8 - 1,2

Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.

Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam.

Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.

Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.

Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.

Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik

1. Investasi
a. Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- = Rp 1.000.000,-
b. Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- = Rp 1.500.000,-
c. Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- = Rp 750.000,-
Rp 3.250.000,-
2. Biaya Tetap
a. Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn = Rp 1.000.000,-
b. Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn = Rp 750.000,-
c. Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn = Rp 150.000,-
Rp 1.900.000,-
3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,-
b. Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- = Rp 2.021.052,63
c. Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,- = Rp 300.000,-
d. Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- = Rp 200.000,-
e. Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,- = Rp 3.000.000,-
f. Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,- = Rp 1.200.000,-
Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63
= Rp 26.181.052,63
5. Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,
6. Pendapatan
Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel)
= Rp 28.800.000,- - ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)
= Rp 2.418.947,37
7. Break Event Point (BEP)
Volume produksi = 4.396,84 kg
Harga produksi = Rp 5.496,05

Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya


BUDIDAYA IKAN LELE
( Clarias )

1. SEJARAH SINGKAT

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.

2. SENTRA PERIKANAN

Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.

3. JENIS

Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986)
adalah:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:

1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).
3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).
6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal dari Afrika.

4. MANFAAT

1. Sebagai bahan makanan
2. Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias.
3. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
4. Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.

5. PERSYARATAN LOKASI

1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
2. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
3. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5. Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6. Ikan lele dapat hidup pada suhu 20°C, dengan suhu optimal antara 25-28°C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-
30°C dan untuk pemijahan 24-28 ° C.
7. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
8. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan
ikan.
9. Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok.
11. Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60
cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari
12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
12. Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
1. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
2. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
3. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
4. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
5. Kedalaman air 30-60 cm.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk
dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.
Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :
* Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
* Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
* Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30
2. Penyiapan Bibit
1. Menyiapkan Bibit
1. Pemilihan Induk
1. Ciri-ciri induk lele jantan:
* Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
* Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
* Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
* Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).
* Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
* Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
* Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
2. Ciri-ciri induk lele betina
* Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
* Warna kulit dada agak terang.
* Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
* Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
* Perutnya lebih gembung dan lunak.
* Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
3. Syarat induk lele yang baik:
* Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
* Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
* Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.
* Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
* Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina berumur satu tahun.
* Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya
mengandung cukup protein.
4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.
5. Perawatan induk lele:
* Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging
bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relatif
tinggi, yaitu ± 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing sutra
harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
* Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
* Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya. Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur 2 minggu.
* Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
* Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
2. Pemijahan Tradisional
1. Pemijahan di Kolam Pemijahan
1. Kolam induk:
* Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar tanah.
* Luas bervariasi, minimal 50 m2.
* Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.
* Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran dari pipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih ke kolam pendederan.
* Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari pipa paralon (PVC) ukuran ± 4 inchi untuk masuknya induk-induk lele.
* Jarak antar sarang peneluran ± 1 m.
* Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750 gram/m2.
* Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari. Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):
* Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungi untuk menumbuhkan makanan alami ikan (rotifera).
* Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon untuk mengalirkan rotifera.
* Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan tumbuhnya rotifera.
* Luas kolam ± 10 m2.
2. Pemijahan:
* Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah sarang yang tersedia dan induk jantan sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang per sarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah satu).
* Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairi selama 4 hari.
* Beri/masukkan makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperti cacing, ikan rucah, pellet dan semacamnya, dengan dosis (jumlah berat makanan) 2-3% dari berat total ikan yang ditebarkan .
* Biarkan sampai 10 hari.
* Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan bertelur. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan akan bertelur terus sampai umur 5 tahun.
* Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam pendederan dengan cara: air kolam disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih
dialirkan melalui pipa pengeluaran.
* Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan diberi makanan secara intensif, ukuran benih 1-2 cm, dengan
kepadatan 60 -100 ekor/m2.
* Dari seekor induk lele dapat menghasilkan ± 2000 ekor benih lele. Pemijahan induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.
2. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Berpasangan
1. Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
* Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dan tinggi 0,6 m.
* Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40x30 cm tanpa dasar sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi enceng gondok supaya kotak menjadi gelap.
* Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember plastik atau barang bekas lain yang memungkinkan.
* Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
* Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40 % atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan keringkan.
2. Pemijahan:
* Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi ± 25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.00–16.00.
* Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah ± 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning cerah.
* Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva) tersebut berupa kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar
dapat diberi cacing dan telur rebus.
3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
1. Penyiapan bak pemijahan secara masal:
* Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
* Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30x30x30 cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
* Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat menempel telur hasil pemijahan.
* Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan desinfektan atau formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.
2. Pemijahan:
* Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak pembenihan sebanyak 2xjumlah sarang , induk jantan sama banyaknya dengan induk betina atau dapat pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2), setelah bak pembenihan diairi setinggi 1 m.
* Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50- 60 cm, induk beri makan secara intensif.
* Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas lubang sarang sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25 cm.
* Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk sarang pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai ± 10 hari.
* Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telur-telur dalam sarang pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
* Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di kolam pendederan.
3. Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar hipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
* Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma, disebut Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).
* Mendorong nafsu sex (libido)
2. Perlakuan dan Perawatan Bibit
1. Kolam untuk pendederan:
1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa
plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
2. Penjarangan:
1. Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume
ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
* Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
* Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
* Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan
yang lebih besar).
* Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
2. Cara penjarangan pada benih ikan lele :
* Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
* Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
* Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
3. Pemberian pakan:
1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
2. Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
3. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
4. Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
5. Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
6. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
4. Pengepakan dan pengangkutan benih
1. Cara tertutup:
* Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
* Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
2. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
* Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
* Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran
10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.
3. Pemeliharaan Pembesaran
1. Pemupukan
1. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
2. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m 2 . Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m 2 , dan amonium nitrat 15 gram/m 2 . Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
3. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
4. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
2. Pemberian Pakan
1. Makanan Alami Ikan Lele
1. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
2. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome),
ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
3. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
4. Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
2. Makanan Tambahan
1. Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
2. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).
3. Makanan Buatan (Pellet)
1. Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00;
tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00; vitamin=1,00; mineral=0,500;
2. Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%.
Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyak
juga dapat memperlambat pellet tenggelam.
3. Cara pemberian pakan:
* Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan
yang berbentuk tepung.
* Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pellet.
* Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
3. Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
1. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan
dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
2. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
3. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
4. Pemeliharaan Kolam/Tambak
1. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
2. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2
malam.
3. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m 2 selama satu minggu.
Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.

7. HAMA DAN PENYAKIT

1. Hama dan Penyakit
1. Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele.
2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan
gabus dan belut.
3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak
banyak diserang hama. Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian: memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
2. Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.
3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.
4. Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam. Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
5. Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu. Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m 3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.
6. Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga
menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
2. Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

8. PANEN

1. Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
1. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
2. Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
4. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
5. Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6. Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
7. Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
8. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
2. Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
1. Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m 2 pada dinding kolam sampai rata.
2. Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
3. Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang
ada di kolam.

9. PASCAPANEN

1. Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum dibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul kepalanya memakai muntu atau kayu.
2. Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat menyebabkan daging terasa pahit.
3. Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai ragam masakan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

1. Analisis Usaha Budidaya
Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:
1. Biaya produksi
1. Lahan
* Tanah 123 m 2 Rp. 123.000,-
* Kolam 9 buah Rp. 1.230.000,-
* Perawatan kolam Rp. 60.000,-
2. Bibit/benih
* betina 40 ekor @ Rp. 12.000,- Rp. 480.000,-
* jantan 10 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
3. Pakan
* Pakan benih Rp. 14.530.300,-
* Pakan induk Rp. 4.818.000,-
4. Obat-obatan Rp. 42.000,-
5. Peralatan
* pompa air3 bh @ Rp. 110.000,- Rp. 330.000,-
* diesel 1 bh @ Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
* sikat 1.bh @.Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-
* jaring 1 bh @.Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
* bak 5 bh @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
* timba 7 bh @.Rp. 3.000,- Rp. 21.000,-
* alat seleksi 6 bh @.Rp. 4.000,- Rp. 24.000,-
* ciruk 5 bh @. Rp. 1.500,- Rp. 7.500,-
* gayung 5 bh @. Rp.1.000,- Rp. 5.000,-
* selang Rp. 90.000,-
* paralon Rp. 70.000,-
* Perawatan alat Rp. 120.000,-
6. Tenaga kerja Rp. 420.000,-
7. Lain-lain Rp. 492.000,-
8. Biaya tak terduga 10% Rp. 2.522.800,-
Jumlah biaya produksi Rp. 5.045.600,-
2. Pendapatan Rp. 2.220.000,-
3. Keuntungan Rp. 7.174.400,-
4. Parameter kelayakan usaha 25%
5. BEP dalam unit (ekor)
* ukuran 1 1.138
* ukuran 2 325.049
* ukuran 3 65.010
* ukuran 4 6.501
* ukuran 5 11.377
* ukuran 6 260
2. Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan
ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.